JAKARTA 19 OKTOBER 2025 — Di tengah hiruk-pikuk kota yang padat, sosok seorang pemulung yang tak tampak mencolok tengah berjuang untuk bertahan hidup. Bagi banyak orang, keberadaan mereka mungkin hanya menjadi bagian dari pemandangan sehari-hari yang terlupakan. Namun, di balik kerja keras mereka, tersimpan kisah penuh perjuangan dan harapan.
Seorang pemulung bernama Joko (50), warga [nama daerah], telah berkeliling di kawasan permukiman dan pusat perbelanjaan untuk mengumpulkan sampah-sampah yang bisa dipilah dan dijual. Setiap pagi, dengan tas ransel penuh alat, ia memulai perjalanannya sebelum matahari terbit. Joko mengumpulkan barang-barang bekas seperti botol plastik, kardus, dan logam yang kemudian dijual ke pengepul sampah.
“Kadang-kadang hasilnya sedikit, kadang banyak, tapi yang penting saya bisa makan hari ini dan besok,” ujar Joko dengan senyum tipis. Meskipun hidupnya jauh dari kata nyaman, ia merasa bersyukur karena masih bisa bekerja dan mencari nafkah untuk dirinya dan keluarganya.
Tidak sedikit orang yang melihat pekerjaan Joko dengan sebelah mata. Namun, ia menanggapi itu dengan bijak, mengatakan bahwa pekerjaan ini adalah pilihan terakhir setelah ia kehilangan pekerjaan tetap di sebuah pabrik beberapa tahun yang lalu. Dengan dua anak yang masih sekolah, ia tak punya banyak pilihan selain bertahan dan terus berjuang.
Menurut data dari Dinas Sosial Kota [Nama Kota], ada ribuan pemulung yang tersebar di berbagai titik kota besar, dan sebagian besar dari mereka adalah pekerja informal yang tidak memiliki akses kepada fasilitas sosial atau jaminan kesehatan. Meskipun demikian, pemerintah setempat telah beberapa kali mengadakan program pembinaan untuk meningkatkan keterampilan mereka agar dapat menemukan pekerjaan yang lebih layak.
“Saya tidak ingin hidup bergantung pada bantuan sosial. Saya ingin kerja keras dan bisa mandiri,” tambah Joko. Ia juga berharap pemerintah dapat menyediakan pelatihan keterampilan bagi pemulung dan pekerja informal lainnya agar bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan lebih stabil.
Namun, Joko tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri. Ia juga berusaha membantu anak-anaknya untuk bisa meraih pendidikan yang lebih baik. “Saya tahu hidup ini tidak mudah, tapi saya ingin mereka bisa memilih masa depan mereka sendiri, tidak seperti saya,” katanya.
Kisah Joko mengingatkan kita bahwa meski dalam kesulitan, masih ada harapan. Dengan kerja keras, ketekunan, dan sedikit keberuntungan, impian untuk hidup lebih baik tetap bisa tercapai. Dan bagi mereka yang terpinggirkan, seperti para pemulung, setiap usaha kecil pun berarti dalam perjalanan panjang menuju kehidupan yang lebih baik.